Kalau lo anak 90-an atau gamer yang doyan ngulik sejarah game, pasti nama Captain Commando bukan sesuatu yang asing. Buat gue pribadi, game ini bukan cuma hiburan di mesin arcade, tapi juga bagian dari masa kecil yang susah di lupain. Dari suara koin jatuh, tombol yang udah aus, sampai layar CRT yang kadang buram—semua itu punya cerita.
Captain Commando bukan sekadar game beat ’em up biasa. Dia adalah simbol kejayaan era arcade, tempat di mana skill, refleks, dan gengsi di uji habis-habisan.
Lahir di Era Emas Arcade

Captain Commando pertama kali nongol di arcade tahun 1991, di bikin sama Capcom—developer yang waktu itu lagi di puncak kejayaan. Lo bayangin aja, di era yang sama ada Final Fight, Street Fighter II, dan Mega Man. Gila sih, pesaingnya aja udah monster semua.
Tapi Captain Commando tetap punya tempat sendiri. Kenapa? Karena game ini bawa konsep futuristik dengan visual warna-warni yang eye-catching, plus karakter yang unik dan gampang di ingat.
Tim Absurd Tapi Ikonik
Salah satu hal paling bikin gue jatuh cinta sama Captain Commando adalah timnya. Serius, ini tim absurd tapi keren:
- Captain Commando – Pemimpin dengan kostum putih dan helm keren. Senjatanya? Api dan petir, bro.
- Ginzu the Ninja – Ninja futuristik yang bisa lompat-lompat kayak nggak kena gravitasi.
- Mack the Knife – Alien hijau gede dengan pisau di tangan. Aneh tapi mematikan.
- Baby Head – Bayi jenius yang naik robot. Ini sih definisi “Capcom logic”.
Lo bisa main bareng temen, saling sikut rebutan musuh, tapi juga saling nolong pas darah tinggal sedikit. Co-op-nya bikin persahabatan di uji—antara kerja sama atau berantem gara-gara musuh di rebut.
Gameplay Sederhana, Tapi Nagih
Secara gameplay, Captain Commando itu klasik beat ’em up:
jalan → pukul → lompat → special move → ulangi.
Tapi justru di situlah serunya. Lo nggak perlu mikir ribet, tinggal refleks dan timing kaya game Konohatoto78. Tiap karakter punya gaya bertarung beda, jadi lo bisa nemuin “main character” versi lo sendiri.
Belum lagi special move yang ngabisin darah tapi bikin layar penuh ledakan. Rasanya puas banget, apalagi kalau di pakai pas musuh rame-rame.
Musuh dan Boss yang Bikin Emosi
Kalau ngomongin Captain Commando, nggak afdol tanpa bahas musuh-musuhnya. Dari penjahat kelas teri sampai boss gede yang darahnya kayak nggak ada habisnya. Kadang lo ngerasa:
“Ini boss apa tembok beton sih?”
Tapi justru di situ kepuasan muncul. Sekali boss tumbang, rasanya kayak habis menang turnamen.
Dari Arcade ke Konsol, dari Game ke Kenangan
Captain Commando nggak cuma hidup di arcade. Dia juga muncul di SNES, dan bahkan karakternya sempat nongol di game fighting legendaris Marvel vs Capcom. Itu bukti kalau game ini bukan karakter sembarangan.
Walaupun sekarang game modern udah grafik realistis, open world, dan online multiplayer, game ini tetap punya tempat spesial di hati gamer lawas—termasuk gue dan mungkin juga lo.
Legend Never Die
Buat gue, Captain Commando adalah bukti kalau game bagus nggak perlu ribet. Cukup gameplay solid, karakter ikonik, dan pengalaman yang bikin lo pengen main lagi dan lagi.
Mungkin sekarang lo main di emulator, koleksi retro console, atau cuma nonton gameplay di YouTube. Tapi satu hal yang pasti:
Captain Commando nggak pernah benar-benar mati.
Dia hidup di memori, nostalgia, dan hati para gamer sejati.
Legend never die, bro.
Mau lihat review PC, Laptop, Gadget, Game, Produk, dan banyak hal lainnya? Silahkan klik ⮕ phillyist.com
Tinggalkan Balasan